Vice President Communication Garuda Indonesia Airways Pudjobroto menuturkan kronologi peristiwa menggegerkan itu. Semula pesawat yang "ditumpangi" Mario mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, sekitar pukul 15.15 WIB, Selasa (7/4). Adapun pesawat tersebut sebelumnya menempuh waktu perjalanan kurang lebih selama satu jam, di mana jadwal take off tercatat 14.05 WIB. Ketika petugas di landasan selesai memandu pesawat yang baru saja mendarat ke area parkir, tiba-tiba terlihat seorang pemuda berjalan terhuyung-huyung. Petugas, lanjut Pudjo, dengan sigap langsung mendekat sekaligus mengamati. Ternyata tubuh pemuda itu sudah lemas, jari-jarinya terlihat membiru, bahkan telinga sebelah kiri mengeluarkan darah. Alhasil petugas segera membawanya ke balai kesehatan bandara.
''Dokter di balai kesehatan langsung memeriksa dan memberikan infus. Soalnya kondisi pria itu sudah lemas, seperti kekurangan oksigen,'' ujar Pudjobroto saat dihubungi Media Indonesia.
Pudjo mengatakan saat ini kondisi pria kelahiran Jakarta dan besar di Pekanbaru itu sudah berangsur membaik. Tepat sekitar pukul 17.00 WIB, otoritas bandara langsung menginterogasi apa motif di balik aksi nekat tersebut.
Berdasarkan keterangan sementara, pemuda bernama Mario itu mengaku ingin sekali ke Jakarta. Selama 10 hari terakhir, dia mengatakan telah mengamati situasi bandara di Pekanbaru. Tidak hanya itu, Mario mengklaim telah mempelajari sesuatu melalui situs media sosial facebook. Adapun kedua orang tua mario berdomisili di Pekanbaru, Riau.
''Motif pastinya masih ditelusuri. Hanya saja dia bilang nekat menyusup karena ingin sekali ke Jakarta. Katanya sudah riset kecil-kecilan di FB, tapi belum tahu lebih jelasnya apa yang diriset,'' ungkapnya.
Ditanyai bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi, Pudjo beranggapan ada "kelonggaran" pengamanan di kawasan Bandara Riau.
Dari analisa sejauh ini, ujar Pudjo, pemuda tersebut kemungkinan besar menyelip di penyimpanan roda pesawat mana kala pesawat hendak lepas landas. Biasanya, ada jeda waktu pesawat mengambil "ancang-ancang" untuk berbelok atau berhenti sebentar sebelum mendapat persetujuan (clearance) dari air traffic controller.
''Kemungkinan sebelumnya dia sudah menerobos pagar bandara. Kemudian bersembunyi dan ketika pesawat berhenti sebentar untuk lepas landas, dia sepertinya langsung bergerak cepat mengarah ke roda dan masuk ke dalam rongga penyimpanan roda,'' papar Pudjo.
Pudjo menegaskan tindakan yang dilakukan pemuda tersebut terang saja membahayakan. Pasalnya dalam kondisi ketinggian di atas 16 ribu kaki, suhu udara sudah mencapai 0 derajat celcius. Padahal rata-rata ketinggian penerbangan pesawat berada di atas 30 ribu kaki.
''Jelas saja dia lemas ya, apalagi sudah mengalami kondisi penerbangan di atas 30 ribu kaki tanpa pasokan oksigen yang memadai,'' cetus dia.
Garuda, sebut Pudjo, telah menyerahkan kasus penumpang gelap tersebut ke otoritas bandara lantaran peristiwa itu terjadi di area bandara. Kendati demikian, Garuda meminta otoritas bandara lebih concern lagi terhadap pengamanan di area landasan pacu yang seharusnya menjadi "restricted area".
''Itu kan terjadi di restricted area. Harusnya hanya orang-orang tertentu saja yang berhak masuk ke area itu, nah dengan adanya peristiwa ini perlu jadi evaluasi besar ya semacam lesson learned. Sebab jika peristiwa ini terjadi lagi bisa mengganggu operasional,'' tegas dia.
Disinggung ihwal sanksi hukum yang bisa menjerat Mario, lagi-lagi Pudjo memastikan otoritas bandara yang memiliki wewenang terkait penyelidikan dan seperti apa jeratan hukumnya.(OL-3)
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/misiang/read/709/Kronologis-Mario-Nekat-Menyelinap-di-Roda-Pesawat/2015/04/08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar