Slawi (Melati) – SMA Negeri 1 Slawi mendapatkan bantuan dari PT Telkomsel dalam salah satu rangkaian kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) yang memiliki program bertujuan untuk ikut serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu program CSR dari Telkomsel dalam dunia pendidikan adalah program Integrated Digital School (IDS).
Tujuan dari program
IDS ini adalah memberikan pengenalan dan pengalaman teknologi baik untuk para
siswa maupun untuk para guru di sekolah dalam kegiatan belajar mengajar
sehari-hari. Dalam program ini Telkomsel memberikan bantuan berupa Hardware,
Software dan juga pelatihan pendampingan pemanfaatan hardware dan software
tersebut khususnya untuk para tenaga pengelola IT.
Dalam
program ini sekolah sama sekali tidak mengeluarkan biaya, yang diperlukan dari
sekolah adalah komitmen sekolah untuk menggunakan perangkat IDS tersebut. Dalam
hal ini, status kepemilikan dari hardware/software yang diberikan kepada
pihak sekolah adalah dipinjamkan kepada sekolah. Oleh karena itu, Telkomsel
berhak untuk menarik perangkat yang dipinjamkan untuk dipindahkan ke sekolah
lain, jika dinilai sekolah kurang optimal dalam menggunakan perangkat yang
diberikan.
Sebelumnya, Telkomsel telah melaksanakan Program IDS tahap 1 untuk
diimplementasikan di 22 SMPN di Jakarta pada tahun 2012. Program IDS tahap 2
telah di implementasikan pada awal tahun 2013, untuk 25 sekolah, yang terdiri
dari 13 SMPN di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, 5 SMPN di wilayah Jawa
Timur, dan 7 SMPN di wilayah Bali.
Pada program IDS tahap 3
ini, Telkomsel menunjuk PT Sistem Piranti Destinasi (PT SPD) untuk melakukan
implementasi program di lapangan, sejumlah 20 SMA di wilayah Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Adapun untuk SMA N 1 Slawi, termasuk dalam program tahap 3 ini. Dan
SMA N 1 Slawi ini merupakan satu-satunya SMA se-Karasidenan Pekalongan yang
telah diberikan bantuan Face Detector oleh PT Telkomsel.
Bantuan software dan hardware yang diberikan adalah berupa aplikasi
sistem yang terintegrasi untuk penunjangan proses pendidikan sekolah yang
diantaranya adalah Sistem absensi bagi siswa kelas 10 s.d. 12 dengan
menggunakan teknologi RFID atau Radio Frequency Identification dan Face
Detector; Sistem Perpustakaan; Digital Mading; Materi bahan ajar digital; GSM
Modem; dan Sisitem penilaian murid secara elektronis.
Jangka
waktu pelaksanaan program IDS yang diberikan PT Telkomsel kepada SMA N 1 Slawi
ini adalah satu tahun. Namun ini masih bisa diperpanjang untuk beberapa tahun
ke depan, jika kedua pihak (SMA N 1 Slawi dan PT Telkomsel) menyetujui adanya
perpanjangan waktu.
“Rencananya, program ini
akan mulai berjalan pada pertengahan Maret mendatang,” tutur salah satu Staff
penanggung jawab Program IDS yang akrab disapa Mas Riyan ini. “Pada awal
penggunaannya nanti, akan digunakan Face Detector terlebih dahulu, walaupun
sudah ada kartu RFID-nya. Pihak sekolah tidak akan memberikan kartu RFIDnya
dulu, karena ditakutkan siswa yang berangkatnya siang akan menitipkan kartunya
pada temannya sebagai alibi agar tidak terlambat,” imbuhnya.
Kartu FRID yang
dimaksud adalah kartu absensi siswa yang di dalamnya sudah terdapat chip berisi
dokumen identitas siswa. Selain untuk absensi, kartu itu ternyata juga
digunakan sebagai kartu perpustakaan.
“Cara menggunakannya mudah sekali. Siswa tinggal berdiri di depan alat
pendeteki dengan mengarahkan wajanya ke layar kecil pendeteksi. Kalau sudah
pas, akan muncul keterangan data siswa tadi. Tapi kalau tidak pas, maka tulisan
yang akan muncul adalah ‘Wajah Tidak Ada’ begitu,” tutur Mas Riyan saat
ditanyai tentang tata cara penggunaanya. “Kalau memakai kartu RFID justru lebih
cepat, karena di dalam kartu tadi sudah ada chipnya,” imbuhnya.
Mas
Riyan mengatakan, bahwa dalam penggunaan Face Detector, retina mata lah yang
digunakan. Alat pendeteksi akan berfungsi apabila retina mata dari siswa yang
menggunakan sudah terdaftar dalam alat itu.
Berharap
menjadi lebih praktis
Dengan adanya alat
tersebut, pihak sekolah berharap bahwa dengan adanya program IDS ini maka
absensi dan sebagainya dapat berjalan lebih singkat dan praktis. Ini akan
sedikit berbeda dengan alat Finger Scan yang satu tahun terakhir sudah
digunakan oleh SMA Negeri 1 Slawi untuk absensi. Diharapkan alat ini akan
memperpendek antrean siswa ketika pagi hari untuk absensi seperti sebelumnya
yang terjadi saat penggunaan Finger Scan.
Memang
sebelumnya, penggunaan Finger Scan dianggap kurang praktis. Karena alat
tersebut dinilai kurang sensitif, sehingga proses pendataan akan lama. Ditambah
lagi, antrean yang begitu panjang ketika pagi hari, membuat siswa banyak
mengeluh karena antrean tersebut dinilai membuat absennya jadi terlambat.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar